Selasa, 18 Mei 2010

RAGU-RAGU BUKAN KARAKTER ORANG-ORANG YANG SUKSES


Orang-orang yang sukse itu tidak pernah bimbang, ragu-ragu dan cepat merubah tujuan. Sebab hal itu hanya membuang-buang waktu dan energi saja. Ia ibarat orang yang sudah membangun, lalu ia robohkan lagi. Atau ibarat orang yang menulis, lalu ia hapus lagi apa yang telah ia tulis.
Diantara faktor kegagalan adalah seringnya berubah-ubah dan berganti-ganti. Seseorang mahasiswa masuk di fakultas ekonomi, tetapi baru menekuni satu dua hal bidang tersebut ia berpindah ke fakultas sastra atau tarbiyah atau syariah dan lain sebagainya. Akibatnya ketika teman-temannya sudah pada berhasil menyelesaikan studinya,ia masih tetap berada dalam kebimbangan.
Seorang pedagang hasil bumi yang sudah mapan dan mendapat keuntungan yang lumayan besar, tiba-tiba beralih menjadi pedagang pakaian, lalu tidak lama lagi beralih menjadi pedagang ternak, akibatnya ia banyak kehilangn modal dan pengalaman secara sia-sia. Hal itu semestinya tidak akan terjadi seandainya ia tetap konsisten pada bidang usaha yang telah di rintisnya. Siapapun yang telah menemukan sumber rezeki hendaklah ia menekuni terus bidang itu.
Seorang mubaligh yang sukses dan namanya sudah cukup terkenal di tengah masyarakat, tiba-tiba ia tinggalkan profesi itu dan beralih untuk bergabung mengurusi bisnis yang lain, akibatnya ia kehilangan bakat dan menyia-nyiakan keahlianya.
Seorang yang menekuni disiplin sebuah ilmu, dan ia berhasil menguasainya dengan baik, mendadak ia berpaling meninggalkannya dan beralih menekuni hal lain.
Kebimbangan-kebimbangan seperti itulah yang sering kali menjadi faktor kegagalan, siapa yang ingin sukses hendaklah ia tetap konsisten, sabar dan berusaha terus mengembangkan bidang apa yang telah dipilihnya.
” Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing) ” ( Albaqoroh: 60 )
” Dan tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya ” (Albaqoroh: 148 )
Saya sarankan kepada kaum ayah untuk membiarkan kepada pura putrinya memilih bidang studi atau tugas atau pekerjaan yang sesuai dengan keinginan dirinya sendiri. Selaku orang tua, tinggal mengawasi aspek agama, akhlaq dan nilai-nilai, sebab menurut orang orang pintar, aspek-aspek itu merupakan hal yang tidak bisa diserahkan begitu saja.
Ada seorang ayah yang memaksakan anaknya memilih bidang studi yang sesuai dengan selera diriya, padahal si anak justru tidak tertarik dan tidak menyukainya, akibatnya sianak tidak semangat dan gagal menyelesaikan studinya.
Ada seorang ayah yang memaksakan anak nya pada pekerjaan tertentu yang tidak diminatinya, akibatnya si anak merasa tertekan dan mengalami kegagalan dalam masalah pekerjaanya.
Ada seorang ayah yang keras kepala menjodohkan anaknya dengan seorang wanita yang menjadi pilihanya, padahal si anak tidak mencintai wanita tersebut. Akibatnya kehidupan rumah tangga si anak menjadi berantakan dan putus di tengah jalan.
Sesungguhnya kesuksesan sangat terkait erat dengan ketepatan ( kecocokan ) dan minat terhadap sesuatu itu, baik berupa ilmu, keterampilan, studi, pasangan hidup dan lain sebagainya.Hal itu sering kali menjadi sebuah penentu bagi sebuah kesuksesan.
Memaksakan kemauan kepada orang lain pada hakikatnya merupakan upaya penghancuran bakat dan kesuksesan. Oleh sebab itu, sebaiknya kita biarkan saja orang-oarang untuk memilih apa yang menjadi minat dan kecenderunganya, asalkan mereka tetap setia menjalani perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangnNya. Wallahu a’lam.

Asep Saefullah, SE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar